latihan karate didominasi oleh fisik. melatih otot kaki dan tangan secara berulang-ulang. namun karate selalu disebut sebagai bela diri yang lebih menekankan pada jiwa satria yang berlemah lembut. bagaimana hal itu bisa saling terhubung? padahal dua hal tersebut antara latihan fisik dan jiwa satria bisa sesuatu yang berlawanan. satu bersifat riil satunya bersifat abstrak.
mari kita ketahui pendapat para master karate tentang hal ini.
Hirokazu Kanazawa pernah menulis cerita tentang Gurunya Gichin Funakoshi. Saat Master Funakoshi menyarankan untuk meninggalkan segala aktivitas yang dapat menganggu selama tahap pertumbuhan, para instruktur harus melakukan upaya khusus untuk anak-anak agar lebih berani mengikuti berbagai latihan. Dan saat bergabung dengan latihan, sangatlah penting bagi anak-anak muda untuk menentukan satu tujuan bagi dirinya sendiri, sekaligus menikmati usaha dalam mencapainya. Apalagi melihat dunia yang baru, berjumpa dengan orang-orang yang baru dan melatih pikiran sebenarnya lebih penting dari sekedar meningkatkan jumlah latihan fisik. Mempertajam perasaan tidak hanya dapat mengembangkan naluri seni bela diri di masa depan, namun juga membentuk karakter.
Masa remaja adalah saat awal menuju kedewasaan dan penuh dengan pergolakan. Adalah satu masa untuk senantiasa khawatir dan introspeksi saat hubungan antara pikiran dan jiwa keluar dari keseimbangannya. Pertama-tama, rasa rendah diri, lemah, takut dan kemarahan harus diatasi lewat memperkuat diri sendiri. Jalan terbaik untuk mencapai tujuan ini adalah menjalani latihan fisik sekaligus berusaha menyatu dengannya.
sensei Ivan Yulivan, Ketua Pengurus Pusat INKAI (Institut Karate-Do Indonesia)dalam bukunya Karate wa Kunshi no Bugei(karate Seni Bela diri berbudi luhur) menyampaikan, "dalam karate, tempaan yang sedemikian berat dan keras akan memberikan pengaruh kejiwaan untuk dapat menumbuhkan kepercayaan diri dan menjadi manusia tangguh. Dengan berbagai aturan dan filosofi karate, maka para praktisi akan senantiasa melatih pengendalian emosional. semakin sering melatih, semakin ditempa dirinya, maka karateka akan mengerti dan memahami adanya sesuatu rahasia kekuatan tersembunyi yang akan membuat dirinya berhati-hati, hormat, bahkan terhadap lawannya atau musuhnya sekalipun. Kondisi ini akan membuat dirinya dalam sifat keilahian dan pintu gerbang spiritual yang mencintai dan mengasihi alam semesta dan Tuhannya.