Rabu, 13 Agustus 2025

Eiji Yoshikawa Sang Novelis

Eiji Yoshikawa (1892–1962) adalah novelis Jepang legendaris yang lahir di Kanagawa dengan nama asli Hidetsugu Yoshikawa. Berasal dari keluarga miskin, ia hanya menamatkan sekolah dasar sebelum merantau bekerja sebagai kurir, pencuci piring, bahkan buruh pelabuhan. Kegigihan membaca di sela-sela kerja kerasnya menjadi gurunya sekaligus sumber cerita.  

Debutnya berupa cerita silat di majalah remaja, namun nama besarnya melejit lewat roman epik “Musashi” (1935–1939) yang mengisahkan pendekar legendaris Miyamoto Musashi. Karyanya disusun lewat risus mendalam, menggabungkan fakta sejarah dan imajinasi hidup, lalu diterbitkan sebagai novel serial di surat kabar sehingga menjangkau jutaan pembaca.  

Ketika Perang Dunia II meletus, Yoshikawa tetap menulis untuk membangkitkan semangat rakyat, lalu setelah perang menyelesaikan “Taiko” (1941–1943) tentang Toyotomi Hideyoshi. Ia dikenal bekerja 12 jam sehari dengan pensil, kertas, dan ketel kecil teh hijau di ruang kerja sederhana.  

Menerima berbagai penghargaan, termasuk Medal of Culture dari Kaisar Hirohito pada 1960, dua tahun sebelum ia wafat karena stroke. Warisannya hidup lewat karya-karya yang terus dicetak ulang, diadaptasi ke film, drama, manga, dan menjadi rujukan dunia tentang semangat bushido, tekad rakyat kecil, serta seni bercerita Jepang. 

Saya sudah membaca dua novel karangan Beliau. Taiko dan Musashi. Penulisan Novel tersebut sangat detail. Penulis Indonesia yang menulis dengan detail mungkin bila saya bandingkan adalah S.H Mintardja saat menulis Novel Nagasasra sabuk Inten. Sebuah Novel yang diawali dari Cerita bersambung dalam koran juga. Novel fiksi sejarah tentang Kerajaan Demak. Uniknya Novel Kerajaan Demak yang merupakan Kerajaan Islam pertama di Jawa ditulis oleh seorang Nasrani. Inilah sebuah Kemajemukan Budaya Masyarakat Indonesia.

Eiji Yoshikawa disebut sebagai penulis  Novel Pembangun Jiwa Masyarakat Jepang. Dua Novel tersebut (Taiko dan Musashi) benar-benar mampu menegaskan bagaimana Jiwa Masyarakat Jepang dibangun dengan semangat  Samurai dan Semangat Bushido.

Sebagai seorang pembaca maka saya banyak mendapat hikmah dari Novel tersebut.
Maka Saya sarankan, bacalah Novel-novel tersebut dan dapatkan insight saat membacanya.

Sabtu, 09 Agustus 2025

Belajar pada sejarah 3 kota

Oleh: Fahmi Huwaidi 
Analis Senior asal Mesir

Jika kamu belum memahami apa yang terjadi di Bosnia, kamu tidak akan mengerti Gaza.
Pahamilah tragedi Bosnia terlebih dahulu—agar kamu tidak terkejut dengan apa yang terjadi di Gaza hari ini.

Perang genosida yang dilakukan oleh Serbia terhadap Muslim Bosnia:

300.000 Muslim dibantai.

60.000 perempuan dan anak perempuan diperkosa.

1,5 juta jiwa diusir dari kampung halamannya.
Apakah kita masih mengingat tragedi ini?
Ataukah kita sudah melupakannya?
Atau malah tidak tahu apa-apa tentangnya?
Seorang penyiar CNN mengenang tragedi Bosnia dan bertanya kepada wartawannya yang legendaris, Christiane Amanpour:
"Apakah sejarah sedang mengulang dirinya?"
Amanpour menjawab dengan pilu:
"Itu adalah perang abad pertengahan. Pembunuhan, pengepungan, dan kelaparan terhadap umat Islam. Eropa menolak campur tangan dan menyebutnya perang saudara—padahal itu bohong besar."
Holocaust itu berlangsung selama 4 tahun. Serbia menghancurkan lebih dari 800 masjid—beberapa dari abad ke-16—dan membakar perpustakaan kuno Sarajevo.
PBB pun akhirnya turun tangan—tapi bukan untuk menyelamatkan, melainkan memasang gerbang di kota-kota Muslim seperti Gorazde, Srebrenica, dan Zepa. Tapi semua itu sia-sia. Perlindungan hanya ilusi—karena kota-kota itu tetap dibombardir dan kelaparan.
Ribuan Muslim ditempatkan di kamp konsentrasi. Mereka disiksa, dibiarkan kelaparan hingga tinggal kulit dan tulang.
Ketika seorang komandan Serbia ditanya, "Mengapa kalian melakukan ini?"
Ia menjawab: "Karena mereka tidak makan daging babi."
Harian The Guardian saat itu memuat peta besar kamp-kamp pemerkosaan terhadap wanita Muslimah. Ada 17 kamp besar—bahkan sebagian berada di wilayah Serbia sendiri.
Anak-anak perempuan pun diperkosa—bahkan yang baru berusia 4 tahun.
Salah satu laporan utama The Guardian berjudul:
"Anak Perempuan Kecil yang Kesalahannya Hanyalah karena Dia Seorang Muslim."
Sang jagal, Ratko Mladic, mengundang pemimpin Muslim di Zepa ke sebuah pertemuan. Ia memberinya rokok, tertawa-tawa sejenak, lalu langsung membunuhnya dengan sadis.
Dan setelah itu—Zepa pun menjadi ladang kejahatan berdarah.
Namun tragedi yang paling memalukan adalah pengepungan Srebrenica. Pasukan penjaga internasional malah berpesta dan berdansa bersama pasukan Serbia. Beberapa dari mereka bahkan menukar kehormatan Muslimah dengan sepotong makanan.
Selama dua tahun pengepungan, Srebrenica terus dibombardir. Sebagian besar bantuan kemanusiaan justru dirampas oleh pasukan Serbia.
Dan akhirnya, Barat memutuskan untuk “menyerahkan” Srebrenica ke tangan para serigala: pasukan Belanda yang menjadi pelindung kota itu justru berkhianat. Mereka menekan kaum Muslim agar menyerahkan senjata mereka—dengan janji keamanan.
Umat Muslim yang sudah lelah dan lapar, akhirnya menyerah.
Begitu Serbia merasa aman, mereka menyerbu Srebrenica. Laki-laki dan anak laki-laki dipisahkan dari perempuan, lalu sebanyak 12.000 orang dikumpulkan dan disembelih semuanya. Tubuh mereka dimutilasi.
Salah satu bentuk penyiksaan yang dicatat majalah Newsweek atau Time:
Seorang tentara Serbia menginjak tubuh seorang Muslim, lalu mengukir salib Ortodoks di wajahnya selagi ia masih hidup.
Beberapa dari korban bahkan memohon agar segera dibunuh karena tidak tahan dengan siksaan yang begitu menyakitkan.
Ibu-ibu memohon kepada tentara Serbia agar tidak membunuh anak mereka. Tapi tentara itu justru memotong tangan sang ibu, lalu menyembelih anaknya tepat di hadapan matanya.
Sementara pembantaian terjadi, dunia hanya menonton, makan, bermain, dan tertawa.
Setelah Srebrenica jatuh, si jagal Radovan Karadzic masuk ke kota dan dengan bangga berkata:
"Srebrenica selalu menjadi kota Serbia, dan sekarang telah kembali ke pelukannya."
Mereka memperkosa wanita Muslimah, lalu menahannya selama 9 bulan sampai melahirkan.
Ketika ditanya mengapa?
Salah satu tentara Serbia menjawab:
"Agar mereka melahirkan bayi-bayi Serbia (Serb babies)."

Kita mengingat Bosnia, Sarajevo, Banja Luka, dan Srebrenica,
Kita katakan dan kita ulang:
Kami tidak akan pernah melupakan Balkan.
Kami tidak akan pernah melupakan Granada.
Kami tidak akan pernah melupakan Palestina.
Dan di tengah semua itu, sejarah mencatat dengan tinta hitam peran memalukan dari Sekjen PBB saat itu: Boutros Boutros-Ghali, seorang Kristen Ortodoks yang secara terang-terangan memihak saudara seagamanya di Serbia.
Namun, setelah 30 tahun, apakah kita belajar dari tragedi itu?
Catatan penting: Pasukan Serbia selalu memprioritaskan membunuh ulama, imam masjid, kaum intelektual, dan pengusaha Muslim. Mereka diikat, disembelih, lalu dilempar ke sungai.
Sejarah bukan dongeng untuk meninabobokan anak-anak.
Sejarah adalah peringatan bagi para lelaki agar mereka bangkit dan sadar.
Semoga Allah membalas kebaikan siapa pun yang membaca dan menyebarkan kisah ini.

Jumat, 08 Agustus 2025

Musuh yang Nyata

Allah SWT telah menetapkan Setan sebagai musuh yang nyata. Musuh kita mempunyai Strategi untuk membuat kita menjauh dari tujuan penciptaan kita sebagai manusia.
Sebelum kita melawan musuh kita baiknya kita mengenal bagaimana musuh kita dalam melakukan perlawanannya pada Kita.
Ada beberapa strategi Setan dalam menyesatkan manusia, maka berhati-hatilah agar kita tidak masuk perangkapnya dan jatuh ke dalam kesesatan.
1. At Tazyin
At tazyin adalah memandang baik perbuatan buruk sehingga manusia terkena dalam kemaksiatan.
2. Talbis
Talbis adalah melakukan  tipu daya.
3. Taswif 
Taswif adalah membuat manusia menunda-nunda untuk bertaubat.
4. Membalikkan kejahatan ke dalam hati manusia.
5. Menanamkan penyakit Hati misalnya rasa iri, dengki, hasud dan kemungkinan.
6. Menghasut manusia agar menimbulkan perselisihan dan perpecahan sesama muslim.


Sabtu, 02 Agustus 2025

Bagaimana Teknik Bertarung dalam Karate Shotokan?

Semakin lama mendalami Karate, semakin memahami bahwa jalan yang kita lalui masih jauh. Ilmu yang kita ketahui masih terlalu sedikit. Maka berlatih dan berlatih dan belajar setiap waktu adalah keharusan.
Sebagai Karateka tentunya ada jiwa bertarung didalamnya. Menjadi Petarung tentu ada tekniknya. Salah Satu Prinsip bertarung dalam karate Shotokan adalah Prinsip Go No Sen.
Go No Sen mengandung arti Biarkan lawan menyerang dulu sebagai target serangan balik. Apalagi bila kita memahami Prinsip karate yang lain yakni Karate sente Nashi atau tak serangan pertama dalam Karate maka Strategi bertarung Go No Sen sangat tepat untuk digunakan.
Dalam Kumite Pertarungan asli atau dalam sebuah kompetisi, hal ini sangat bisa dilakukan. Tentunya para Master Karate dan Praktisi Karate sudah memiliki pengalaman tentang hal ini..
Apakah Anda Salah satunya?

UJIAN KYU DAN PELANTIKAN PENGURUS INKAI KABUPATEN PEMALANG TAHUN 2025

    Pengurus Kabupaten (Pengkab) Institut Karate-do Indonesia (INKAI) Pemalang melaksanakan Agenda Pelantikan Pengurus Kabupaten Inkai Pemal...