Eiji Yoshikawa (1892–1962) adalah novelis Jepang legendaris yang lahir di Kanagawa dengan nama asli Hidetsugu Yoshikawa. Berasal dari keluarga miskin, ia hanya menamatkan sekolah dasar sebelum merantau bekerja sebagai kurir, pencuci piring, bahkan buruh pelabuhan. Kegigihan membaca di sela-sela kerja kerasnya menjadi gurunya sekaligus sumber cerita.
Debutnya berupa cerita silat di majalah remaja, namun nama besarnya melejit lewat roman epik “Musashi” (1935–1939) yang mengisahkan pendekar legendaris Miyamoto Musashi. Karyanya disusun lewat risus mendalam, menggabungkan fakta sejarah dan imajinasi hidup, lalu diterbitkan sebagai novel serial di surat kabar sehingga menjangkau jutaan pembaca.
Ketika Perang Dunia II meletus, Yoshikawa tetap menulis untuk membangkitkan semangat rakyat, lalu setelah perang menyelesaikan “Taiko” (1941–1943) tentang Toyotomi Hideyoshi. Ia dikenal bekerja 12 jam sehari dengan pensil, kertas, dan ketel kecil teh hijau di ruang kerja sederhana.
Menerima berbagai penghargaan, termasuk Medal of Culture dari Kaisar Hirohito pada 1960, dua tahun sebelum ia wafat karena stroke. Warisannya hidup lewat karya-karya yang terus dicetak ulang, diadaptasi ke film, drama, manga, dan menjadi rujukan dunia tentang semangat bushido, tekad rakyat kecil, serta seni bercerita Jepang.
Saya sudah membaca dua novel karangan Beliau. Taiko dan Musashi. Penulisan Novel tersebut sangat detail. Penulis Indonesia yang menulis dengan detail mungkin bila saya bandingkan adalah S.H Mintardja saat menulis Novel Nagasasra sabuk Inten. Sebuah Novel yang diawali dari Cerita bersambung dalam koran juga. Novel fiksi sejarah tentang Kerajaan Demak. Uniknya Novel Kerajaan Demak yang merupakan Kerajaan Islam pertama di Jawa ditulis oleh seorang Nasrani. Inilah sebuah Kemajemukan Budaya Masyarakat Indonesia.
Eiji Yoshikawa disebut sebagai penulis Novel Pembangun Jiwa Masyarakat Jepang. Dua Novel tersebut (Taiko dan Musashi) benar-benar mampu menegaskan bagaimana Jiwa Masyarakat Jepang dibangun dengan semangat Samurai dan Semangat Bushido.
Sebagai seorang pembaca maka saya banyak mendapat hikmah dari Novel tersebut.
Maka Saya sarankan, bacalah Novel-novel tersebut dan dapatkan insight saat membacanya.