Selasa, 22 Agustus 2023

antara Pede dan Harga Diri--Membangun Harga diri pada anak

Kalau ngomongin kepercayaan diri, beberapa orang mungkin ada yg mispersepsi dgn definisi harga diri. Istilah pede yg Bu Elly Risman sampaikan juga untuk mempermudah pemahaman orang banyak.. Lalu apa bedanya percaya diri dan harga diri? Percaya diri itu dipengaruhi oleh faktor eksternal..bisa berubah sesuai kondisi yg kita hadapi. Misal : ketika kita harus melakukan sesuatu yg kita belum kuasai, atau ketika kita baru pertama kali belajar sesuatu, baru memulai pekerjaan baru atau baru masuk ke lingkungan baru..bisa saja kepercayaan diri itu menurun. Tapi seiring kemampuan bertambah ya akan naik juga kepercayaan dirinya. Sedangkan harga diri itu melekat, yg berasal dari pandangan seseorang terhadap dirinya sendiri.. Harga diri yg positif tidak tergantung dari baju yg dipakai, rumah yg dimiliki, atau pekerjaan yg dijalani. Harga diri yg positif berarti seseorang merasa berharga, optimis, memiliki self awareness yg baik sehingga mengenali kelebihan dan kekurangannya sbg satu kesatuan yg utuh dan merasa memiliki peran atau merasa “berguna” dalam kehidupannya. Maka orang dengan harga diri yg positif tidak mudah terpengaruh oleh faktor eksternal seperti pendapat orang lain, ada tidaknya reward atau pujian, bahkan ketika mendapat penolakan atau kegagalan pun tidak akan mempengaruhi pandangannya terhadap dirinya. Jadi, seseorang memang tidak harus selalu percaya diri terus. Justru insecure pada hal2 yg belum dikuasai akan mendorong seseorang yg memiliki harga diri positif untuk optimis mencoba dan berlatih ketika ia membutuhkan kemampuan tersebut sehingga kepercayaan dirinya dapat meningkat di bidang tsb. Dan fondasi untuk seseorang bisa percaya diri adalah harga diri yg positif. Harga diri ini terbentuk dari penerimaan orang tua, termasuk feedback dari lingkungan utama dan orang2 yg berpengaruh seperti guru, pengasuh pengganti jika ada, dll Apa saja yg dapat kita usahakan untuk membentuk harga diri yg positif pada anak? 🍃 Beri apresiasi yg jelas untuk meningkatkan kesadaran diri anak. Deskripsikan yg kita lihat, bukan hanya “hebat”, “pintar”. Misal : “MasyaAllah, anak Ibu sudah bisa pakai baju sendiri ya”, “Terima kasih Nak, sudah mencoba belajar makan sendiri”, “Wah kamu bisa menggambar ini ya..coba ceritakan ini apa?” 🍃 Hindari kekerasan pada anak. Bullying (baik di dalam maupun di luar rumah) sangat berpengaruh terhadap harga diri seseorang. Jangan sampai kita adalah pelakunya di rumah.. Dan korban kekerasan di dalam rumah, berpotensi menjadi pelaku atau korban bullying. Bentuknya bukan hanya kekerasan fisik, tapi juga kekerasan verbal melalui kata2 yg mungkin kita tidak sadari, kekerasan psikologis yg membuat anak takut atau cemas berlebihan, merasa tidak berdaya, terlalu sering mengabaikan perasaannya, dan kekerasan seksual. 🍃 Hindari terlalu sering mengkritik apa yg sedang dilakukan anak. Tapi kita bisa contohkan caranya dan jelaskan pada lain kesempatan. Hal2 spt pakai baju terbalik, tumpah2 ketika menuang air/makanan, keluar garis ketika mewarnai, sering menjatuhkan barang, dll khas anak usia dini bukanlah kemampuan yg bisa “diperbaiki” dgn kata2 kita tapi melalui aktivitas motorik yg beragam pada anak 🍃 Jeli terhadap bahasa tubuh dan respon anak. Jika anak terlihat tidak nyaman dgn candaan atau sikap kita, berhentilah melakukannya. 🍃 Beri ruang untuk anak melakukan kemandirian, bereksplorasi dan berekspresi selama tidak melanggar value dalam keluarga 🍃 Bantu anak menemukan minat dan bakatnya. Ketika seseorang mengerjakan minatnya dan menggali bakatnya, ia akan “berani tampil” dgn sendirinya. 🍃 Responsif terhadap apa yg disampaikan anak. Dimulai dr attachment di usia 0-2 tahun melalui menyusui, gendongan, sentuhan sayang, responsif termasuk pd tangisannya dan bahasa tubuhnya, komunikatif baik melalui kata2, senyuman, pandangan mata, dll.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Manusia Rabbani

Pagi ini kami mendapat Taujih Rabbani dari Ustadz Tamim Aziz, Lc dalam Forum Silaturahim Kepala Sekolah (FORSIKA) JSIT Indonesia Korda Pekal...