Alhamdulillahirabbil aalaamiin. Hari ini saya berangkat menuju Munas ke VI di Makassar.
Makassar saya kenal hanya dari pelajaran IPS saat belajar Geografi Indonesia.
Pernah saat Mahasiswa saya membeli buku Puisi Karangan D. ZAWAWI IMRON. Penulis Sajak asli Madura namun banyak menulis puisi dan sajak tentang Makassar dan lebih khusus pada masyarakat Suku Bugis. Buku sajak itu berjudul "Berlayar di Pamor Badik".
Beberapa isi sajaknya menceritakan berbagai keindahan Makassar dari kekayaan budayanya.
Bagi saya penikmat Sastra..Dan orang visual, begitu melihat gambar sampul buku sajak saja sudah membayangkan bagaimana kerasnya kehidupan Laut yang penuh perjuangan. Melihatnya juga memahami budaya Badik sebagai wujud budaya senjata namun mengandung semangat jiwa yang luar biasa. Kata-kata badik banyak disampaikan dalam sajak-sajaknya.
Saya mengenal beberapa kota di Makassar juga dari sajak-sajak dalam buku ini. Sajak tentang "Engkau shalat dalam Hutan" menunjukkan identitas keislaman yang mendalam pada jiwa penulis. Hal ini pula yang menimbulkan kekaguman saya pada penulis walau belum pernah bersitatap muka dengan penulis.
Hutan yang dimaksud dalam sajak itu adalah hutan Bantimurung tempat spesies kupu-kupu yang beraneka warna..oleh sebab itu ada kupu-kupu yang menempel pada sujud hamba saat shalat. Indah sekali bukan?
Inilah sajak itu:
ENGKAU SALAT DALAM HUTAN
Ike Soepomo
Bantimurung, 25 November 1986
Dalam gemuruh air terjun
Kau tegakkan keheningan
Dan buku langit yang menunggumu
Adalah telaga
Adalah juga kehausan
Kiblat yang kau cari
Dalam hutan ini
Seperti yang diisyaratkan jeram
Menuju wujud
Dalam balau ketidakpastian
Pertemuan pun terjadi
Ketika dahimu menyetuh bumi
Sedang mesjid yang kau dirikan di sini Memberi gejolak baru
Bagi arus yang menderai
Sebelum tiba di muara sungai
Percuma jika kau ukur
Jarak dari sini ke Mustawan
Karena seorang guru sudah menjelaskan: “hanya sekejap mata
Bagi perjalanan hati
yang bersayap keihklasan”
Maka apa lagi
Ketika angin begini nyaman
Kita pun bukan hanya bagian dari hutan
Tapi iman
Dalam sebuah pengembaraan panjang
Bagi rumput, batu, air
Dan semesta pohonan
Hingga keringat pun darah
Sampai bumi juga basah
Kausebut
Sejumlah mawar
Dalam sujud
Yang mekar tak sekadar wujud
Ku lihat telunjukmu
yang menunjuk ke-Maha-an itu
Tiba-tiba dihinggapi kupu-kupu
Aku tak tahu
Bagaimana tidak terharu
sehabis shalat
Engkau masih berzikir
Aku dan alam mengalir
seperti angin, seperti air
Ditulis dalam Kereta Joglosemarkerto, Perjalanan menuju Solo. 13.20 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar