Rabu, 23 Juli 2025

Safar Nusantara 3-Catatan Munas VI Makassar

Bismillahirrahmanirrahim.
Alhamdulillahirabbil aalaamiin. Hari ini saya berangkat menuju Munas ke VI di Makassar.
Makassar saya kenal hanya dari pelajaran IPS saat belajar Geografi Indonesia.
Pernah saat Mahasiswa saya membeli buku Puisi Karangan D. ZAWAWI IMRON. Penulis Sajak asli Madura namun banyak menulis puisi dan sajak tentang Makassar dan lebih khusus pada masyarakat Suku Bugis. Buku sajak itu berjudul "Berlayar di Pamor Badik".
Beberapa isi sajaknya menceritakan berbagai keindahan Makassar dari kekayaan budayanya.
Bagi saya penikmat Sastra..Dan orang visual, begitu melihat gambar sampul buku sajak saja sudah membayangkan bagaimana kerasnya kehidupan Laut yang penuh perjuangan. Melihatnya juga memahami budaya Badik sebagai wujud budaya senjata namun mengandung semangat jiwa yang luar biasa. Kata-kata badik banyak disampaikan dalam sajak-sajaknya.
Saya mengenal beberapa kota di Makassar juga dari sajak-sajak dalam buku ini. Sajak tentang "Engkau shalat dalam Hutan" menunjukkan identitas keislaman yang mendalam pada jiwa penulis. Hal ini pula yang menimbulkan kekaguman saya pada penulis walau belum pernah bersitatap muka dengan penulis.
Hutan yang dimaksud dalam sajak itu adalah hutan Bantimurung tempat spesies kupu-kupu yang beraneka warna..oleh sebab itu ada kupu-kupu yang menempel pada sujud hamba saat shalat. Indah sekali bukan?
Inilah sajak itu:

ENGKAU SALAT DALAM HUTAN
Ike Soepomo
Bantimurung, 25 November 1986 

Dalam gemuruh air terjun
Kau tegakkan keheningan
Dan buku langit yang menunggumu
Adalah telaga
Adalah juga kehausan 

Kiblat yang kau cari 
Dalam hutan ini 
Seperti yang diisyaratkan jeram 
Menuju wujud 
Dalam balau ketidakpastian 

Pertemuan pun terjadi 
Ketika dahimu menyetuh bumi
Sedang mesjid yang kau dirikan di sini Memberi gejolak baru 
Bagi arus yang menderai 
Sebelum tiba di muara sungai 

Percuma jika kau ukur 
Jarak dari sini ke Mustawan
Karena seorang guru sudah menjelaskan: “hanya sekejap mata
Bagi perjalanan hati 
yang bersayap keihklasan” 
Maka apa lagi 
Ketika angin begini nyaman
Kita pun bukan hanya bagian dari hutan 
Tapi iman 

Dalam sebuah pengembaraan panjang
Bagi rumput, batu, air 
Dan semesta pohonan 
Hingga keringat pun darah 
Sampai bumi juga basah 
Kausebut 
Sejumlah mawar 

Dalam sujud 
Yang mekar tak sekadar wujud 
Ku lihat telunjukmu
yang menunjuk ke-Maha-an itu 
Tiba-tiba dihinggapi kupu-kupu 
Aku tak tahu 
Bagaimana tidak terharu 
sehabis shalat
Engkau masih berzikir
Aku dan alam mengalir
seperti angin, seperti air

Ditulis dalam Kereta Joglosemarkerto, Perjalanan menuju Solo. 13.20 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

UJIAN KYU DAN PELANTIKAN PENGURUS INKAI KABUPATEN PEMALANG TAHUN 2025

    Pengurus Kabupaten (Pengkab) Institut Karate-do Indonesia (INKAI) Pemalang melaksanakan Agenda Pelantikan Pengurus Kabupaten Inkai Pemal...